Senin, 01 Februari 2016

PUISI



DURI DI NURANI BUNDA
(Shinta Purnama Sari SMAN 1 Tumijajar)

Jauh sudah kaki melangkah
Setapak hitam kutiti merangkai sajak
Mawar hitam penabur hari
Tak dapat lagi kuingat 4-5 ribu khilafku
Tak dapat lagi kuhitung 3-4 ratus cacianku
Ya Allah…
Masihkah namamu tergores tinta ini
Masihkah kuingat asmaul husnamu
Percikan asa telah kusematkan
Tak dapat kuelakkan
Kutancapkan duri dinurani bunda

Bunda…
Hari demi hari kau buai kasih
Menyusuri skenario hidup dengan tanpa penglihatanmu
4-5 ribu peluh pengorbanan
Kau sertakan dalam intifadahmu
Namun aku buah hatimu
Berlenggang dada merampas koin-koin keringatmu
Tak sedikitpun perjuanganmu kusertakan dalam lembar hidupku

Bunda…
Masihkah kau dapat tersenyum melihatku?
Setelah sekian cacianku padamu
Jangankan mengucap takbir
Jangankan mengucap astaghfirullah hal’adzim
Bahkan memanggilmu bunda tak sudi aku lakukan
Si cerewet benalu hidup begitulah aku memanggilmu
Bunda…
Pantaskah saat ini aku berada di ujung surgamu
Mengemis, terisak memohon maghfirohmu
Setelah sekian kedurhakaanku
Jika Allah memberiku kesempatan
Dalam hela nafas terakhirku
Izinkanku untuk meraih indahnya surgamu
Dalam sujud terakhir ananda
Terselip butiran sesal hatiku
Dalam sujud menghadap Rabbku
Malaikat maut melepas jasadku
Saat ku lakukan amalan terbaikku
Agar ku dapat besemayam disisi Rabbku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar