DURI
DI NURANI BUNDA
(Shinta Purnama Sari SMAN 1 Tumijajar)
Jauh
sudah kaki melangkah
Setapak
hitam kutiti merangkai sajak
Mawar
hitam penabur hari
Tak
dapat lagi kuingat 4-5 ribu khilafku
Tak
dapat lagi kuhitung 3-4 ratus cacianku
Ya
Allah…
Masihkah
namamu tergores tinta ini
Masihkah
kuingat asmaul husnamu
Percikan
asa telah kusematkan
Tak
dapat kuelakkan
Kutancapkan
duri dinurani bunda
Bunda…
Hari
demi hari kau buai kasih
Menyusuri
skenario hidup dengan tanpa penglihatanmu
4-5
ribu peluh pengorbanan
Kau
sertakan dalam intifadahmu
Namun
aku buah hatimu
Berlenggang
dada merampas koin-koin keringatmu
Tak
sedikitpun perjuanganmu kusertakan dalam lembar hidupku
Bunda…
Masihkah
kau dapat tersenyum melihatku?
Setelah
sekian cacianku padamu
Jangankan
mengucap takbir
Jangankan
mengucap astaghfirullah hal’adzim
Bahkan
memanggilmu bunda tak sudi aku lakukan
Si
cerewet benalu hidup begitulah aku memanggilmu
Bunda…
Pantaskah
saat ini aku berada di ujung surgamu
Mengemis,
terisak memohon maghfirohmu
Setelah
sekian kedurhakaanku
Jika
Allah memberiku kesempatan
Dalam
hela nafas terakhirku
Izinkanku
untuk meraih indahnya surgamu
Dalam
sujud terakhir ananda
Terselip
butiran sesal hatiku
Dalam
sujud menghadap Rabbku
Malaikat
maut melepas jasadku
Saat
ku lakukan amalan terbaikku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar